Selasa, 02 Oktober 2012

Oleh-oleh kunjungan dari Panti Werda Ciparay

Pagi-pagi kemarin saya sudah minta izin pak suami untuk membuka praktik profesi mahasiwa di Ciparay. Masih dibilang pagi karena jarang sekali saya berangkat dari rumah 7.30 dan meninggalkan anak-anak saya belum sarapan, biasanya saya berangkat paling pagi itu jam 8 ato jam 9. Aktivitas ini beda banget ya mungkin dengan ibu-ibu pekerja lainnya. Silakan protes deh, ato dibilang makan gaji buta. Yang penting smua kerjaan saya 12 sks selesai ditambah pengabdian masyarakat dan penelitian itu ada wujudnya kan dalam 1 semester, dan tidak ada protes dari mahasiswa.
Akhirnya dengan tega meninggalkan anak-anak disuapi oleh pak suami (masakan sudah terhidang dari jam 6.30, soto ayam lamongan plus mi goreng untuk sarapan). Agak ngebut karena janji dengan teman kantor jam 7.30 di perempatan gede bage yang jaraknya sekitar 7-10 km dari rumah saya. Macet lagi jalan menuju kesana, arghhh. Sampe sana jam 8 kurang 10 belum ada tanda-tanda datangnya temen. Oleh-oleh yang pertama adalah tadinya ga enak kalo membuat orang menunggu eee ternyata saya yang malah nunggu, nasiiiip. Tapi ga apa2 lah, harus sabaaar.
Datang juga teman yang ditunggu pas jam 8.15, duuuh lama amiir ya. Konvoi lah kita melalui jalan Sapan, yang sudah pernah saya lalui tapi lupa lagi. Jalannya? Hmmm, jangan ditanya, sebentar bagus sebentar jelek dan berbatu, terus melewati pinggir kiri dan kanan adalah sawah, dan pup nya paman kuda. Sampailah juga ke tempat yang dituju yaitu BPSTW Ciparay kabupaten Bandung, yang nun jauh disana.
Ga berapa lama, datanglah bapak kepala Panti yang punya jiwa kepemimpinan yang patut diacungi jempol, coba ada banyak manusia yang kayak gini, bakal bener deh Indonesia. Oleh-oleh yang kedua adalah cerita dari Pak kepala BPSTW Ciparay. Beliau sudah sampai 10 kali menjabat Balai mulai dari yang anak-anak sampai sekarang yang jompo. Tapi subhanalloh, jika pada kepemimpinan sebelumnya pegawai tidak ada kerjaan, tapi pada kepemimpinan sekarang kalau ada pegawai yang ngobrol saya marahin. Makanya beliau bilang kalo diri beliau itu monster bagi bawahannya. Selain itu lagi, pembangunan dimana-mana, mulai dari aula, sampai wisma lansia dan dalamnya wisma tersebut. Satu hal lagi, kata beliau, tempatkanlah diri kita seperti lansia itu, kita mau diperlakukan seperti apa pada saat lansia, maka begitu jugalah kita memperlakukan lansia.
Lansia, kalo dari WHO, 60 tahun ke atas baru bisa dibilang lansia. Orang ini juga penuh dengan stigma, jangankan kita lansia melihat di Panti, ortu kita juga sudah mulai memasuki menjadi pra lansia. Stigma yang muncul biasanya pikun, sakit-sakitan dll. Biasanya kalau ada menantu perempuan suka melarang mertua perempuan melakukan apapun, padahal si ibu maunya bergerak. Bapak kepala Balai juga bilang, kalau dari segi fisik lansia itu sudah kendor dari segala organ, karena sudah seperti itu maka biasanya kalo sudah faktor sekunder masuk seperti stres dan yang lain2 maka jadilah sakit.
Di BPSTW ini, sebagian lansia kembali lagi menjadi anak-anak dan remaja. Tidak sedikit yang suka cemburuan kalo tidak diajak bicara, bahkan kalau dikasih kue malah kue itu diberikan pada pacarnya. Ya lucu memang. Tapi apa sih yang perlu digarisbawahi, lansia itu adalah gambaran masa muda kita seperti apa. Jadi kerasa banget deh disini, kalo lansia nya zaman dulu muda suka bersih-bersih, pasti wisma nya juga bersiiih banget.
Jadi ingat cerita ibu kebanggaan kami, Ibu dari Ibu Suharyati, eyang saat itu ditensi 190/120. Waaah udah parah banget nih. Ga berapa lama, diselipkan uang 1 juta di dompetnya dan kemudian eyang tau kalau ada uang disitu. Ga berapa lama ditensi lagi, turun jadi 150/100 dong. Kenapa? Eyang adalah wanita pekerja, ga biasa kalo ga mehang uang. apalagi kalo cucu dan uyutnya sering berkunjung, rasanya gimanaaa gitu kalo ga ngasih uang jajan ke cucu dan uyut. Tapi beneran kok, coba deh analisis pola hidup kita, pasti ga jauh-jauh dari sekarang.
Inilah sedikit oleh-oleh berkunjung dari Ciparay. Tua adalah kepastian, tapi dewasa adalah pilihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar