Minggu, 14 April 2013

Doa di 4 tahun untuk gadis kecilku

Anak gadis, Anindya Syandanara Hamidah, 5 April yang lalu genap berusia 4 tahun. Bahagia tak terhingga Bunda dan Abi melihat semua pertubuhan dan perkembangan yang ada pada dirimu, nak. Pada usia 4 tahu ini, BB Syanda sudah hampir 19 kg, dan TB sudah hampir 105 cm. Perkembangan bahasa sudah amat bagus, emosi sudah semakin stabil walaupun suka kesel kalo sama adik. Sudah mau disuruh sholat dan mengaji dengan benar, walaupun terkadang suka memberikan reason untuk mengalihkan kewajiban sholat dan mengaji. Sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, walaupun masih ada sedikit interupsi untuk hal itu. Empat tahun ini membesarkanmu  dengan segala tingkah dan laku mu, selalu membuat belajar Bunda dan Abi untuk menjadi contoh teladan dalam mendidikmu menjadi seorang ummat dan menjadi seorang calon ibu untuk anak-anakmu (masih lama kali bunda :)
So, di 4 tahun, inilah doa Bunda :
1. Jadilah anak yang selalu ceria. Bunda ingin sekali Mbak Syanda jadi anak yang ceria dalam melakukan segala hal. Mau sholat dan ngaji, sekolah, tidur, mau mandi, mau main dan yang lain. Semua dilakukan dengan ikhlas. Ikhlas itu harus dipelajari sama dirimu sendiri nak, tidak bisa diperlihatkan wujudnya.
2. Sayang sama adik. Mbak Syanda dan dik Atha anak Bunda dan Abi, lahir sari rahim yang sama. Kadang mbak dan adik ada perkelahian kecil. Wajar sih, tapi bunda ingin Mbak lebih sering mengalah, bukan karena Mbak wanita tapi karena mbak ada anak pertama, kakak adik Atha.
3. Pintar sholat dan ngaji. Bunda berdoa, di tahun ini Bunda bisa meresapi qalbumu dengan bacaan sholat dan mengaji. Mudah-mudahan bisa terkabul ya, Bantu aku ya Robb.

Inilah sedikit perbincangan yang masih terekam di otak pada saat saya telp Syanda pada saat hari dan jam kelahirannya :
Bunda   : Selamat hari lahir ya, nak. Empat tahun yang lalu Mbak Syanda lahir ke dunia dari rahim Bunda
Syanda  : Iya Bunda
Bunda   : Syanda mau didoain apa, nak, sama Bunda?
Syanda  : Didoain punya mobil baru
Bunda ketawa sambil mberebes mili, karena ada jauh darinya (ada diklat di Lembang, berangkat pagi sekali)
Bunda : aaamiiiin, iya itu boleh, tapi yang lain apa?
Syanda : mau jadi dokter Bunda?
Bundanya langsung nangis : Aaamiiin, nak, Bunda doain, nanti Bunda minta sama Alloh ya (sambil komat kamit Kabulkanlah ya Alloh, bantu doa ya semesta)

Love u Mbak Syanda, sepenuh hati Bunda, seumur hidup Bunda.

Kamis, 04 Oktober 2012

Teman Seumur Hidup

Hmmm, kalo baca judulnya ini pasti banyak yang mengira kalau saya akan bercerita tentang pasangan hidup.Anda salah besar. Saya tidak akan bercerita tentang pak suami kali ini. Berarti suami bukan teman seumur hidup? Ya jelas bukan dong. Pak suami adalah pasangan dunia akhirat, jadi bukan pas hidup aja kan? Pas di akhirat juga menjadi pasangan, aaamiin.
Postingan kali ini berdasarkan obrolan seorang teman, yang diusir dari suatu ruangan tertentu yang bukan ruangannya. Yang jelas, pasti teman satu kantor kan. Maklum, teman yang mengusir itu punya jabatan dan emang ruangannya disitu. Teman yang diusir bukan kebetulan mau 'mangkal' dengan sengaja disitu, tapi karena permintaan atasan yang mengusir untuk menemaninya di ruangan itu.
Apa hikmah yang bisa dipetik dari cerita ini? Pertama, apa ga sadar ya orang yang ngusir itu? Kan jabatan hanya sementara. Nah kalo dia dalam posisi seperti orang yang diusir, dia mau ngapain dan kemana? Kedua,  ini yang saya garisbawahi. Di kantor ini, udah ga bisa kemana-mana, mentok aja. Kecuali di mutasi. Tapi kayaknya rada susah dan ogah, karena kebanyakan emang domisili disini. Di kantor ini usia pensiun adalah 65 tahun. Karena mentok, dan usia pensiun yang masih terbilang cukup lama (30 tahun lagi) so, orang-orang di kantor ini adalah teman seumur hidup kan?
Teman seumur hidup yang harus dijaga perasaannya, dijaga namanya, jaga tingkah laku kita ke dia. Karena apa? kita akan berteman dengan dia selama lebih kurang 30 tahun lamanya. Apapun yang kita lakukan, pasti ada imbas dengan pertemanan kita. Ya bayangkan dong kalo mau marahan atau pundung pundungan, emang enak dan nyaman ke kantor? Lha wong setiap hari kerja pasti ketemu dan melakukan interaksi. Terus sanggup pundung-pundungan gitu? Haha, yakin ga akan ada temen yang dekat dengan kita deh.
So, perlakukan teman kantor kita seperti apa kita ingin diperlakukan, karena setidaknya mereka salah satu jalan dari Alloh yang bisa menolong kita dari kesusahan, seperti cari pinjeman kalo kita kepepet :)

Selasa, 02 Oktober 2012

Oleh-oleh kunjungan dari Panti Werda Ciparay

Pagi-pagi kemarin saya sudah minta izin pak suami untuk membuka praktik profesi mahasiwa di Ciparay. Masih dibilang pagi karena jarang sekali saya berangkat dari rumah 7.30 dan meninggalkan anak-anak saya belum sarapan, biasanya saya berangkat paling pagi itu jam 8 ato jam 9. Aktivitas ini beda banget ya mungkin dengan ibu-ibu pekerja lainnya. Silakan protes deh, ato dibilang makan gaji buta. Yang penting smua kerjaan saya 12 sks selesai ditambah pengabdian masyarakat dan penelitian itu ada wujudnya kan dalam 1 semester, dan tidak ada protes dari mahasiswa.
Akhirnya dengan tega meninggalkan anak-anak disuapi oleh pak suami (masakan sudah terhidang dari jam 6.30, soto ayam lamongan plus mi goreng untuk sarapan). Agak ngebut karena janji dengan teman kantor jam 7.30 di perempatan gede bage yang jaraknya sekitar 7-10 km dari rumah saya. Macet lagi jalan menuju kesana, arghhh. Sampe sana jam 8 kurang 10 belum ada tanda-tanda datangnya temen. Oleh-oleh yang pertama adalah tadinya ga enak kalo membuat orang menunggu eee ternyata saya yang malah nunggu, nasiiiip. Tapi ga apa2 lah, harus sabaaar.
Datang juga teman yang ditunggu pas jam 8.15, duuuh lama amiir ya. Konvoi lah kita melalui jalan Sapan, yang sudah pernah saya lalui tapi lupa lagi. Jalannya? Hmmm, jangan ditanya, sebentar bagus sebentar jelek dan berbatu, terus melewati pinggir kiri dan kanan adalah sawah, dan pup nya paman kuda. Sampailah juga ke tempat yang dituju yaitu BPSTW Ciparay kabupaten Bandung, yang nun jauh disana.
Ga berapa lama, datanglah bapak kepala Panti yang punya jiwa kepemimpinan yang patut diacungi jempol, coba ada banyak manusia yang kayak gini, bakal bener deh Indonesia. Oleh-oleh yang kedua adalah cerita dari Pak kepala BPSTW Ciparay. Beliau sudah sampai 10 kali menjabat Balai mulai dari yang anak-anak sampai sekarang yang jompo. Tapi subhanalloh, jika pada kepemimpinan sebelumnya pegawai tidak ada kerjaan, tapi pada kepemimpinan sekarang kalau ada pegawai yang ngobrol saya marahin. Makanya beliau bilang kalo diri beliau itu monster bagi bawahannya. Selain itu lagi, pembangunan dimana-mana, mulai dari aula, sampai wisma lansia dan dalamnya wisma tersebut. Satu hal lagi, kata beliau, tempatkanlah diri kita seperti lansia itu, kita mau diperlakukan seperti apa pada saat lansia, maka begitu jugalah kita memperlakukan lansia.
Lansia, kalo dari WHO, 60 tahun ke atas baru bisa dibilang lansia. Orang ini juga penuh dengan stigma, jangankan kita lansia melihat di Panti, ortu kita juga sudah mulai memasuki menjadi pra lansia. Stigma yang muncul biasanya pikun, sakit-sakitan dll. Biasanya kalau ada menantu perempuan suka melarang mertua perempuan melakukan apapun, padahal si ibu maunya bergerak. Bapak kepala Balai juga bilang, kalau dari segi fisik lansia itu sudah kendor dari segala organ, karena sudah seperti itu maka biasanya kalo sudah faktor sekunder masuk seperti stres dan yang lain2 maka jadilah sakit.
Di BPSTW ini, sebagian lansia kembali lagi menjadi anak-anak dan remaja. Tidak sedikit yang suka cemburuan kalo tidak diajak bicara, bahkan kalau dikasih kue malah kue itu diberikan pada pacarnya. Ya lucu memang. Tapi apa sih yang perlu digarisbawahi, lansia itu adalah gambaran masa muda kita seperti apa. Jadi kerasa banget deh disini, kalo lansia nya zaman dulu muda suka bersih-bersih, pasti wisma nya juga bersiiih banget.
Jadi ingat cerita ibu kebanggaan kami, Ibu dari Ibu Suharyati, eyang saat itu ditensi 190/120. Waaah udah parah banget nih. Ga berapa lama, diselipkan uang 1 juta di dompetnya dan kemudian eyang tau kalau ada uang disitu. Ga berapa lama ditensi lagi, turun jadi 150/100 dong. Kenapa? Eyang adalah wanita pekerja, ga biasa kalo ga mehang uang. apalagi kalo cucu dan uyutnya sering berkunjung, rasanya gimanaaa gitu kalo ga ngasih uang jajan ke cucu dan uyut. Tapi beneran kok, coba deh analisis pola hidup kita, pasti ga jauh-jauh dari sekarang.
Inilah sedikit oleh-oleh berkunjung dari Ciparay. Tua adalah kepastian, tapi dewasa adalah pilihan.

Senin, 01 Oktober 2012

Drama setiap Pagi

Semenjak sudah aktif kembali di kantor, yang harus wajib hadir sesuai dengan absen finger print, selalu saja ada yang terjadi setiap mau berangkat pagi. Dan itu saya bilang drama setiap pagi.
Setiap pagi, saya selalu bangun pagi dan tidak tidur lagi sehabis sholat subuh. Banyak sih yang dikerjakan, dari tilawah sampe beresin pakaian yang sudah disetrika. Baru mulai masak setelah ART selesai cuci piring bekas malam. Masaknya pun dibantu kok, Bu iin yang meracik, saya yang masak. Selalu begitu setiap hari. Kadang masak juga sehari dua kali, karena masaknya hanya untuk pagi sampai sore, sedangkan makan malam biasanya masak lagi yang baru atau beli sate langganan yang lewat depan rumah. Sehabis masak, Bu Iin biasanya nyapu dan ngepel. Sembari bu Iin nyapu dan ngepel, pak Suami mandiin anak-anak lalu saya mandi sambil nyuci baju bekas dipakai. Drama setiap paginya adalah   bangunnya anak-anak siang, kadang pas bu Iin mau nyapu, dan mereka masih minta leyeh-leyeh di kasur depan TV, padahal sudah diangkat dan dibersihkan karena mau disapu. Sayangnya lagi, kadang juga pak suami selalu bangun kalo alarm hidupnya bangun, kalo belum bangun ya ga akan bangun. Apalagi si genduk, Syanda, selalu minta sari kurma habis bangun tidur.
Kadang sudah terkontrol sampe ada masakan dan anak-anak mandi pada jam 7 jam 8, jadi tinggal nyuapin sarapan pagi dengan keliling komplek style baju kantor. Etapi selalu ada aja yang tidak bisa buat berangkat pagi, ya itu misalnya Bu Iin belum selesai jemur, sarapan pagi atau dandan kelamaan. Soalnya paling ga bisa ninggalin anak-anak kalo Bu Iin belum selese kerjaannya, takut anak-anak ga diperhatiin coz malah fokus sama kerjaan bukan ngasuh anak-anak, ngajarin dan ajak main.
Habis makan, anak-anak ngerengek minta jajan bahkan kalo bisa sampe ke I***mart, sekalian jalan-jalan pake motor mungkin pikir mereka. Haduh kalo udah minta jalan-jalan, itu bisa 1 jam, nanti mau pulangnya lewat jembatan berangin kek, mau makan bubur di tempatnya lah, dsb nya. kalo gitu saya sudah misuh-misuh dalam hati aja sambil dadah sama finger print.
Belum lagi kalo sudah mau sekolah dan maunya minta diantar bunda pakai motor, dan ga mau ditinggal sampe rasa nyamannya terpenuhi. Dan akhir dari dramanya adalah kalo saya dibolehin pergi dan mereka cium tangan tanpa ada rasa nangis, malah sambil bilang dada Bunda, hati-hati ya. Tapi itu jam 10 atau 10.30 sodara-sodara.
Alhamdulillah, selama ini dapat jatah ngajarnya siang terus jadi ga masalah sih, ga tau ke depannya. Dan saya sudah bilang dengan pak suami, saya ga mau dibebanin dengan uang makan dan transport sebesar kurang dari 1 jeti itu (kalo ditotal), karena saya lebih baik hilang uang itu daripada saya kehilangan hidup dengan anak-anak saya, saya lebih rela nemeni mereka jalan jalan atau nemeni mereka sekolah, daripada mereka sekolah sama ART. Tapi di sisi lain, saya bangga, saya masih bisa masak masakan sendiri untuk anak saya, masih bisa nyuapin sarapan, masih bisa dampingi saat sekolah and i m working mom. Gimana peran pak suami? Ya seperti biasa, pak suami pergi aja sesuai dengan kepentingannya, kalo lagi kosong ya bantu saya nyuapin  anak.
Karena kata Bu Elly Risman, anak itu adalah titipan, tolong banget dijaga, karena suatu saat kita akan diminta pertanggungjawababnnya oleh Yang Menitipkan, yaitu Alloh. Satu hal, rezeki itu juga bukan diukur dari materi. Rezeki itu adalah surga kecil keluarga kami. Alhamdulillah.

Rabu, 26 September 2012

Alloh, ini proposal hidup saya

Pagi-pagi udah baca postingan bapak @JamilAzzaini tentang membangun semangat hidup, bikin iri  deh impiannya. Emang bener sih, semua impian itu tidak baik kalo cuma ada di angan angan aja, karena apa? Kalo cuma ada di angan-angan kabur deh ketiup angin, hehe. Karena sudah kelar sekolah, sekarang tiba saatnya untuk merancang impian saya dan keluarga saya, minta tolong didoakan agar semangat mengejarnya (Lillahi ta'ala) dan dikabulkan semua impiannya. Yang impiannya sama saya doakan juga terkabul dalam sesuai dengan waktu yang diinginkannya. Tapi, kembali lagi, kalo belum kesampean, Alloh pasti punya hikmah di balik semua itu, yang menurut saya baik buat saya belum tentu baik untuk saya dan keluarga, begitu sebaliknya. Bismillah, Alloh ini proposal hidup saya, segala puji bagi Engkau ya Robb, Pemilik Kerajaan semesta, ini hanyalah segelintir dari kerajaan Mu, mudahkanlah jalannya dan urusannya, ridhoilah ya Robb. Amiin, ya Mujibassailin.
1. Awalnya berencana untuk membiayai umroh kedua orang tua, kenapa ga minta sekalian aja sama yang Maha Pemberi Rezki, Alloh. Alloh sudah menggetarkan hati orang tua saya, saya dan suami untuk segera ke BaitullahNya. Jika Alloh sudah menggetarkan masak sih Alloh ga bkasih jalan untuk kesana. Maka jangka pendek saya minimal 2014, orang tua saya sudah pergi haji. Kalo saya dan suami, setelahnya tidak apa maunya pada tahun 2018 sudah Haji, tapi kalo Alloh berkehendak kami berangkat ber4, kenapa tidak (tapi duo krucils sama siapa ya? Hiks, itu bisa diatur deh)

2. Kalo ini sudah terpenuhi, baru deh bisa keinginan duniawi. Keinginan duniawi saya dan suami punya rumah lagi yang lebih besar dari rumah sekarang, ada kolam renang (ukuran minimal 3x3 juga ga apa, yang penting anak2 bisa kecipak kecipik di rumah), ada saung besar untuk kumpul keluarga, ada kolam ikan seuukuran kolam renang dan yang jelas ada suara gemericik air di dalam rumah. Rumahnya sekalian buat bertingkat dengan ruangan yang tdk sempit2, ada dapur bersih dan dapur kotor, tempat sholat berjamaah, ruang keluarga, perpustakaan sekaligus ruang kerja, kamar mandi di masing-masing kamar (karena punya anak gadis nih jadi harus punya kamar masing-masing dengan kamar mandinya). Harusnya kalo mau menjadi kenyataan harus ada gambarnya nih, gambarnya nyusul aja, kalo bentuknya udah di angan-angan  kok, dan divisualisasikan terus. Mudah-mudahan terwujud pada tahun 2017, karena anak2 sudah diatas 7 tahun. Di dalam rumah ada bonsai2 bagus warna warni dengan keramik-keramik besar.

3. Pengen ganti mobil dengan mobil baru tanpa nyicil (karena termasuk umat yang punya mosec *mobil second*, hehe), mudah-mudahan terwujud pada tahun yang sama dengan rumah 2017 (berarti 5 tahun lagi yak). Semoga Grand Livina atau Veloz sudah terpakir di garasi rumah. Atau minimal Nissan March lah ya buat ngantor ke Jatinangor dan antar anak sekolah.

4. Cita-cita S3 ke luar negeri, maunya ke Australia, ajak anak-anak sekolah disana, semoga Englishnya makin lancar dan 2017 sudah bisa kesana ==> yang ini harus nyamain visi dengan suami biar bareng

5. Anak-anak sekolah di sekolah islam bilingual tahun 2015










6. Jangka Panjang :
- mau jadi profesor yang jadi asesor PT (jadi bisa keliling Indonesia) dengan prestasi sebagai dosen dengan bidang ilmu keperawatan keluarga, gerontik dan komunitas spesialisasi DM yang dikenal di Indonesia ==> tahun 2018
- pengen punya rumah sakit dan apotek yang ramah pada pasien ==> tahun 2023
- net income/bulan pada tahun 2013 ==> 10 juta kalo join income sama suami ==> 25 juta
- net income/bulan pada tahun 2015 ==> 20 juta kalo join income sama suami ==> 50 juta
- tahun 2023 ==> punya simpanan dinar sebanyak 100 dan LM 1 kg, punya tabungan sebanyak 2 M
- Bisa umroh minimal 3 tahun sekali sekeluarga
- setahun sekali liburan ke luar negeri : Malaysia, Singapore, Hongkoong





7. Spiritual : mudah-mudahan dimudahkan urusannya sama Alloh untuk jadi penghafal Quran, ga lupa sholat tahajud dan dhuha, banyak sedekah minimal 10% dari net income, ga lupa puasa senin kamis. dan yang terpenting suami dan anak- anak juga ikut dalam urusan ini. Jadi cita-citany bukan hanya keluarag sebagai penghafal Quran tapi juga berussaha menjadi keluarga yang mengamalkan sunnah Rasul.

8. Anak-anak cucu- cucu dan penerus keturunan, jadi manusia yang shaleh dan shalehah, jago ngaji, ngafal quran sudah balig pakai jilbab, baik tingkah lakunya, sikap dan perbuatan, kaya dan dermawan.




amiiiin yaa Alloh, semoga sesuai dengan harapan dan terwujud semua.

Kamis, 20 September 2012

Cerita tentang Atha

Aghnanta Athayandra Al-Farisi, itulah nama anak lelakiku. Tepatnya tanggal 1 September 2010, dilahirkan secara normal di RS Al-Islam setelah buka puasa pada 21 Ramadhan dengan pertolongan dr. Delle Sp. OG.  Lahir normal dengan BB 3160 gram dan PB 52 cm. IMD tidak berlangsung lama, karena tiba-tiba muncul pernafasan cuping hidung yang menyebabkan langsung dibawa ke ruangan perinatologi untuk diberikan O2. ASI keluar lancar, rooming in berjalan dengan baik, bahkan malam pertama tidur dengan saya berdua tanpa ditunggu siapapun. Dua hari setelah itu, kami pulang, dengan tragedi pada saat pulang, tiba-tiba nangis pada saat mau dibedong, ternyata saya menemukan jarum pentul nyangkut pada pernelnya. Duh, kesel banget deh, kok bisa ya ada jarum pentul di pernel? Alhamdulillah ga ada apa2, cuma nangisnya bikin kasian.



Seminggu setelahnya, Atha kami bawa kontrol balik ke RS dimana dilahirkan. Hancur tangis saya di ruang menyusui saat mengetahui bahwa bilirubin total kurang dari angka yang diharuskan (8 kalau tidak salah). Hal ini menyebabkan, Atha harus diberikan fototerapi. Yang Bunda ga rela adalah kenapa Bunda harus berpisah dengan Atha selama 2 hari dua malam, dan dua hari lagi menjelang lebaran idul fitri. Tahun itu, baru pertama kalinya kami takbiran di RS sambil nyusuin Atha, dan baru pertama kali kami sholat idul fitri tanpa bareng dengan mbah di Jakarta. Sehabis silaturahmi dengan tetangga, Bunda abi dan Mbak Syanda jemput Atha ke RS. Alhamdulillah, kita bisa kumpul lagi nak. Dua hari setelah itu baru atha puput pusar dan dijemput oleh mbah kung ke Bandung dan kita bisa pulang ke Jakarta.




Karena tugas belajar maka, Bunda ada di samping Atha full 24 jam kecuali hari Kamis dan Jumat atau jika ada kuliah tambahan. ASI eksklusif terlampaui dan MP ASI pun lahap termasuk BLW, sampai Bunda juga buat jadwal MP ASI Atha per bulan. Dulu yang paling disuka adalah menu dengan Kabocha, sama pear Khong Lie. Pas 8 bulan Atha sudah mulai tumbuh gigi susu pertama, 11 bulan Atha sudah bisa jalan sendiri dan anak lai-laki bunda tumbuh sehat. Dari segi bicara, Atha lebih cepat dibanding teman seusianya atau bahkan teman yang usianya 6 bulan di atasnya. Kalau kata orang Sunda Bentes, jelas. Mungkin karena sehari-hari sama Bunda dan Mbak Syanda jadi komunikasi antara kita ber3 merupakan stimulasi yang baik.



Dari tingkah laku juga buat gemas orang yang lihat dan bawaaannya mau nyium si Ganteng ini terus.
Sampe Bundanya pun dibuat gemas.

 Dan ini adalah puncak cerita, bahwa anak laki-laki Bunda sudah berusia 2 tahun. Anak lelaki Bunda yang masih nyusu sampai sekarang (Bunda nya belum  tega untuk weaning), anak ganteng Bunda yang mau jadi profesor buat pesawat, anak lelaki Bunda yang sholeh, anak lelaki Bunda yang selalu mau diajak baca doa sebelum makan, sebelum tidur, anak lelaki Bunda yang sudah lepas dari clodi - clodinya yang bau ompol, anak lelaki Bunda yang penurut, baik, sayang sama Abi, Bunda dan Mbak Syanda. Bunda love you full, nak. Bantu Bunda ya nak, Bunda ingin sekali Atha jadi penghafal Quran, Bunda mau atha bisa keliling dunia, pintar berbahasa Internasional, menjadi orang yang dibutuhkan semua orang (tapi tetap rendah hati ya nak) Bunda mau jadiin Atha seorang pemimpin yang baik, santun, kaya terutama pemimpin keluarga, Bunda mau Atha jadiin seorang suami yang baik, sholeh, kaya terhadap istrinya, Bunda mau ajarin Atha menjadi Bapak yang baik terhadap anak-anaknya. Karena apa, nak? Jalan ke surga Bunda dan Abi adalah tergantung dari mu, anak lelakiku. Ya, surga dari Alloh untuk Bunda dan Abi tergantung dari Atha dan Mbak Syanda.



Selamat hari lahir yang kedua ya sayang, doa Bunda selalu untukmu, dua hal yang Bunda pesan untuk Atha, jangan tinggalkan sholat dan ngaji ya sayang.

I'm Not Bad At All

Tepat setelah libur lebaran, saya mulai aktif lagi di kantor. Hampir 2 tahun kurang saya tidak pernah ke kantor karena tugas belajar Magister di institusi yang sama. Sampai saat ini sudah berjalan 2 minggu saya masuk kuliah dengan rentetan tugas mengajar yang belum penuh. Hanya saja, selama 2 minggu itu hampir tidak pernah datang tepat waktu teng sesuai dengan absen finger print (dadah dadah sama absent finger print). Banyak faktor yang mempengaruhi baik sikap dan tingkah laku keterlambatan saya masuk kantor, salah satunya anak-anak yang rewel dan si ART masih belum selesai dengan kerjaan domestiknya. Tapi, lucky me, karena jam ngajar saya selalu di bawah jam 10, ya alhamdulillah jadi berangkat kantor juga selesai berangkat anak-anak pulang dari PAUD.

Sampai pada suatu kondisi bahwa saya tidak dilibatkan dalam kegiatan mengajar pada tingkat Magister. Kalau boleh jujur, saya kecewa dengan kondisi ini. Kecewa yang saya rasakan bukan tidak dilibatkan teman kantor pada kegiatan belajar mengajar pada tingkat ini. Kecil sekali pikiran saya kalau saya kecewa karena tidak dilibatkan. Saya kecewa karena ternyata saya dimarginalisasi dan tidak dipandang oleh orang-orang yang telah membuat saya menjadi magister, yaitu dosen-dosen saya yang juga teman satu bagian di kantor. Bedanya, saya staf junior dan beliau-beliau adalah staf senior. Saya seperti tidak dilirik sama sekali, dibanding teman yang lulusan luar negeri. Padahal saya adalah produk ajaran mereka. Saya bener-bener tidak berharap mereka melibatkan saya pada kegiatan ini. Tapi saya berharap, saya dipandang sebagai manusia pembelajar, manusia yang bisa belajar dari kesalahan.

Kondisi seperti ini tetap saya syukuri, saya masih bisa mengantar anak ke PAUD, mengajak main, memberi makan, memandikan, hal-hal yang  tidak ibu working mother lakukan pada pagi hari. Saya juga tetap melakukan tugas saya sebagai staf pengajar. Yang saya yakini adalah saya tidak mau membuat mahasiswa kecewa atas appearance saya dalam mengajar, mahasiswa saya hrs dapat mengambil pelajaran dari apa yang saya sampaikan, apapun itu walaupun tidak menyangkut tentang materi,  karena saya lebih banyak cerita nyata yang berkaitan dengan materi. Perasaan kecewa saya sudah saya adukan pada Sang Maha Penyelesai Masalah. Biarlah beliau-beliau menilai bagaimana kinerja saya, im not bad at all, dan mereka bukan berarti lebih buruk dari saya.