Sampai pada suatu kondisi bahwa saya tidak dilibatkan dalam kegiatan mengajar pada tingkat Magister. Kalau boleh jujur, saya kecewa dengan kondisi ini. Kecewa yang saya rasakan bukan tidak dilibatkan teman kantor pada kegiatan belajar mengajar pada tingkat ini. Kecil sekali pikiran saya kalau saya kecewa karena tidak dilibatkan. Saya kecewa karena ternyata saya dimarginalisasi dan tidak dipandang oleh orang-orang yang telah membuat saya menjadi magister, yaitu dosen-dosen saya yang juga teman satu bagian di kantor. Bedanya, saya staf junior dan beliau-beliau adalah staf senior. Saya seperti tidak dilirik sama sekali, dibanding teman yang lulusan luar negeri. Padahal saya adalah produk ajaran mereka. Saya bener-bener tidak berharap mereka melibatkan saya pada kegiatan ini. Tapi saya berharap, saya dipandang sebagai manusia pembelajar, manusia yang bisa belajar dari kesalahan.
Kondisi seperti ini tetap saya syukuri, saya masih bisa mengantar anak ke PAUD, mengajak main, memberi makan, memandikan, hal-hal yang tidak ibu working mother lakukan pada pagi hari. Saya juga tetap melakukan tugas saya sebagai staf pengajar. Yang saya yakini adalah saya tidak mau membuat mahasiswa kecewa atas appearance saya dalam mengajar, mahasiswa saya hrs dapat mengambil pelajaran dari apa yang saya sampaikan, apapun itu walaupun tidak menyangkut tentang materi, karena saya lebih banyak cerita nyata yang berkaitan dengan materi. Perasaan kecewa saya sudah saya adukan pada Sang Maha Penyelesai Masalah. Biarlah beliau-beliau menilai bagaimana kinerja saya, im not bad at all, dan mereka bukan berarti lebih buruk dari saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar